Jumat, 12 Oktober 2012
Hajar Aswad, Batu Surga yang Asalnya Putih
Perlu diketahui bahwa hajar aswad adalah batu yang diturunkan dari surga. Asalnya itu putih seperti salju. Namun karena dosa manusia dan kelakukan orang-orang musyrik di muka bumi, batu tersebut akhirnya berubah jadi hitam.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « نَزَلَ الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ »
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam”. ( HR. Tirmidzi no. 877. Shahih menurut Syaikh Al Albani)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَكَانَ أَشَدَّ بَيَاضاً مِنَ الثَّلْجِ حَتَّى سَوَّدَتْهُ خَطَايَا أَهْلِ الشِّرْكِ.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hajar aswad adalah batu dari surga. Batu tersebut lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam.” (HR. Ahmad 1: 307. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa lafazh ‘hajar Aswad adalah batu dari surga’ shahih dengan syawahidnya. Sedangkan bagian hadits setelah itu tidak memiliki syawahid yang bisa menguatkannya. Tambahan setelah itu dho’if karena kelirunya ‘Atho’)
Keadaan batu mulia ini di hari kiamat sebagaimana dikisahkan dalam hadits,
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى الْحَجَرِ « وَاللَّهِ لَيَبْعَثَنَّهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَهُ عَيْنَانِ يُبْصِرُ بِهِمَا وَلِسَانٌ يَنْطِقُ بِهِ يَشْهَدُ عَلَى مَنِ اسْتَلَمَهُ بِحَقٍّ »
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai hajar Aswad, “Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.” (HR. Tirmidzi no. 961, Ibnu Majah no. 2944 dan Ahmad 1: 247. Abu Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan dan Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini).
2.> Keutamaan Hajar Aswad dan Rukun Yamani
Apa saja keistimewaan Hajar Aswad dan Rukun Yamani? Kenapa setiap orang yang berthowaf dianjurkan untuk mengusapnya? Simak penjelasan Yahya bin Syarf An Nawawi Asy Syafi'i rahimahullah berikut ini.
An Nawawi rahimahullah menjelaskan:
Ketahuilah bahwa Ka'bah itu memiliki empat rukun. Pertama adalah rukun Hajar Aswad. Kedua adalah rukun Yamani. Rukun Hajar Aswad dan rukun Yamani disebut dengan Yamaniyaani. Adapun dua rukun yang lain disebut dengan Syamiyyaani.
Rukun Hajar Aswad memiliki dua keutamaan, yaitu: [1] di sana adalah letak qowa'id (pondasi) Ibrahim 'alaihis salam, dan [2] di sana terdapat Hajar Aswad. Sedangkan rukun Yamani memiliki satu keutamaan saja yaitu karena di sana adalah letak qowa'id (pondasi) Ibrahim. Sedangkan di rukun yang lainnya tidak ada salah satu dari dua keutamaan tadi. Oleh karena itu, Hajar Aswad dikhususkan dua hal, yaitu mengusap dan menciumnya karena rukun tersebut memiliki dua keutamaan tadi. Sedangkan rukun Yamani disyariatkan untuk mengusapnya dan tidak menciumnya karena rukun tersebut hanya memiliki satu keutamaan. Sedangkan rukun yang lainnya tidak dicium dan tidak diusap. Wallahu a'lam.
Sumber: Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya' At Turots, cetakan kedua, 1392, 9/14
credit: Strawberry @Facebook
Sumber : rumaysho.com
Senin, 08 Oktober 2012
Tauhid (Penerapan Tauhid dalam Kehidupan Sehari - hari)
Download Makalah Selengkapnya dalam format Ms.Word disini -----> Download disini
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Tauhid
Tauhid (Arab :توحيد) dilihat dari segi Etimologis yaitu
berarti ”Keesaan Allah”, mentauhidkan berarti mengakui keesaan Allah;
mengesakan Allah atau mengiktikadkan bahwa Allah SWT itu Esa, tidak ada sekutu
bagi-Nya.
Tauhid diambil
kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang artinya mengesakan. Satu suku
kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang berarti esa. Dalam
ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid
ialah kalimat La Illaha Illallah yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah. Sebagaimana yang difirmankan Allah
SWT sendiri didalam surat Al-baqarah:163 yang artinya :
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada
Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Adapun
pengertian tauhid menurut para ulama ternama:
1.
DR.
Abdul Aziz, tauhid adalah mempercayai bahwa Allah SWT adalah satu-satunya
pencipta, pemelihara, penguasa, dan pengatur Alam Semesta
2.
Prof.
Dr. M. Yusuf Musa, tauhid adalah keyakinan tentang adanya Allah Yang Maha Esa,
yang tidak ada satu pun yang menyamai-Nya dalam Zat, Sifat atau
perbuatan-perbuatan-Nya
3. Shalih Fauzan bin Abdullah al Fauzan,
tauhid adalah mengesakan Allah SWT dari semua makhluk-Nya dengan penuh
penghayatan, dan keikhlasan beribadah kepada-Nya, meninggalkan peribadatan selain
kepada-Nya, serta membenarkan nama-nama-Nya yang Mulia (asma’ul husna), dan
sifat-sifat-Nya yang Maha Sempurna, dan menafikan sifat kurang dan cela
dari-Nya
Tauhid bukan sekedar mengenal dan
mengerti bahwa pencipta alam semesta ini Allah, bukan sekedar mengetahui
bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud (keberadaan) Nya, dan wahdaniyah
(keesaan) Nya, dan bukan pula sekedar mengenal Asma’ dan sifat-Nya. Namun,
tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya yaitu, menghambakan diri hanya
kepada Allah secara murni dan
konsekwen dengan mentaati
segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan penuh rasa rendah diri,
cinta, harap dan
takut
kepada-Nya.
Untuk
inilah sebenarnya manusia diciptakan Allah, dan sesungguhnya misi para Rasul
adalah untuk menegakkan tauhid
dalam pengertian di atas, mulai dari Rasul pertama sampai Rasul terakhir Nabi
Muhammad SAW.
2.2 Pembagian Tauhid
1.
Tauhid Rububiyah
Yang
dimaksud dengan tauhid rububiyah (keesaan zat Allah) adalah bahwa Allah Esa
dalam Zat-Nya. Allah adalah wujud yang tidak bergantung pada apa dan siapa pun
dalam bentuk apapun. Dalam bahasa Al-Qur’an, Allah adalah Ghani (absolute).
Segala sesuatu bergantung pada-Nya dan membutuhkan pertolongan-Nya. Allah tidak
membutuhkan segala sesuatu. Allah berfirman:
Hai manusia, kamulah yang
mebutuhkan Allah. Dan Allah, Dialah Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan apa pun)
lagi Maha Terpuji. (QS. Fathir: 15)
Maksudnya adalah kita meyakini keesaan Alloh dalam
perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Alloh, seperti mencipta dan
mengatur seluruh alam semesta beserta isinya, memberi rezeki, memberikan
manfaat, menolak mudharat dan lainnya yang merupakan kekhususan bagi Alloh.
Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid
Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang beragama Islam karena
sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi Rosululloh mengakui
dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Alloh,
“Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki
langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab:
‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah:
‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia
melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu
mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka dari
jalan manakah kamu ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89).
2.
Tauhid
Uluhiyah
Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah adalah mengiktikadkan
bahwa hanya Allah saja yang berhak dipuja dan dipuji. Memuja dan memuji selain
Allah serta sikap ingin dipuji maupun dipuja, baik yang terang-terangan maupun
yang sembunyi-sembunyi (dalam hati) adalah perbuatan syirik. Sebagaimana firman
Allah dalam suratnya,
“Hanya
kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami mohon
pertolongan”. (Al-Fatihah, 1:5)
“Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah membimbing Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu
dengan sabda beliau: “Dan apabila kamu minta maka mintalah kepada Allah dan
apabila kamu minta tolong maka minta tolonglah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
“Dan sembahlah
Allah dan jangan kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (QS. An Nisa:
36)
“Hai sekalian manusia
sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum
kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al Baqarah: 21)
Miss Komunikasi
Download File dalam versi Lengkap dengan Format Ms.Word disini -----> Download Disini
BAB
II
Pembahasan
2.1
Miss Komunikasi
Miss Communication atau lebih
sering disebut Miss Komunikasi merupakan adanya kesalahpahaman antara kedua
belah pihak dalam mencerna
proses komunikasi, sehingga antara pesan yang disampaikan dengan pesan
yang diterima berbeda penafsiran atau arti. Miss Komunikasi dapat menyebabkan tidak tercapainya
tujuan atau misi yang hendak di capai. Miss komunikasi atau kesalahan dalam
salah satu komunikasi antara dua pihak atau lebih, dapat menjadi sumber dari
masalah yang akhirnya berbuah menjadi konflik.
Sudah banyak kasus-kasus konflik yang terjadi karena miss
komunikasi dan kesalahpahaman. Contohnya seperti tawuran pelajar. Tawuran
pelajar biasanya diawali dengan seorang pelajar yang tengah bercanda dengan
dengan anak sekolah lain, tetapi candaannya tersebut ditangkap dengan maksud
lain oleh anak sekolah lain itu. Sehingga, dengan “salah tangkap maksud”
tersebut dapat terjadi sebuah adu mulut, yang diakhiri dengan tawuran.
Dalam sebuah keluarga
juga misalnya, perlu adanya suatu komunikasi yang baik dan perlu adanya
keterbukaan antar sesama anggota keluarga, Dapat diambil contoh sebuah kasus,
sang suami yang sering pulang larut malam (sebenarnya karena ada suatu
pekerjaan yang harus diselesaikan), dan sang istri yang mudah curiga
bertanya-tanya kenapa suaminya pulang sangat larut malam. Kemudian sang istri
yang tidak percaya bahwa sang suami pulang larut malam karena alasan pekerjaan,
langsung dengan spontan berkata marah-marah kepada sang suami. Sang suami yang
karena sudah kelelahan karena pekerjaan di kantornya, tidak terima karena sikap
sang istri yang terlalu berlebihan mencurigainya, juga terpancing emosi dan
akhirnya timbul suatu konflik.
Kejadian tersebut terjadi karena kurangnya komunikasi yang
baik, dan juga kurangnya sikap keterbukaan antar suami-istri tersebut. Seharusnya,
konflik seperti tadi dapat dicegah apabila ada komunikasi yang benar yaitu sang
suami seharusnya juga perlu memberitahu sang istri jika setiap hari ia pulang
malam disebabkan suatu pekerjaan kantor yang mengharuskannya untuk pulang
malam, jadi sang istri tidak akan gampang curiga jika sang suami bersikap
demikian. Dan sang istri, juga seharusnya dapat membicarakannya secara
baik-baik, tidak dengan emosi dan tidak gampang curiga kepada sang suami. Jika
adanya komunikasi yang baik seperti itu, maka suatu konflik dapat terhindarkan.
Jadi, jangan sampai salah satu pihak dalam suatu
perbincangan (komunikasi) ada yang “salah tangkap” maksud dari pihak yang lain.
Tetapi, jika sudah terlanjur terjadi suatu miss komunikasi tersebut, ada
baiknya ditelaah lagi secara baik-baik sehingga suatu masalah yang tadinya akan
berbuah menjadi konflik, dapat di netralisir dan kembali ke komunikasi yang
benar.
2.2
Distorsi
Distorsi Komunikasi adalah perubahan makna atau arti dari suatu informasi/pesan
yang secara sengaja mau pun tidak sengaja akan mengubah isi informasi. Atau
bisa juga disebut kekurang tepatan atau perbedaan arti diantara pesan/informasi
yang dikirim dalam suatu proses komunikasi.
Dalam suatu proses komunikasi antara
pembicara dan pendengar, jalur komunikasi yang tercipta seolah-olah membentuk
sebuah garis lurus. Namun, kondisi ini justru sangat jarang mencapai tingkat
sempurna (tanpa distorsi). Distorsi dapat terjadi baik dalam proses berbicara
atau dalam proses mendengar. Kita harus belajar mendengar dengan lebih baik dan
berbicara dengan lebih jelas. Kita juga harus menguji apakah pesan yang
disampaikan telah diterima dengan benar, dan apakah kita sendiri mendengar
pesan dengan jelas.
Kita dapat ambil contoh dari cerita berikut ini :
Asep (bersukubangsa Sunda) bertandang ke rumah Suparno (bersukubangsa Jawa dari Yogyakarta).
Dirumah
Suparno, Asep disuguhi
makan
siang
bersama-sama. Orang tua Suparno mempersilahkan Asep untuk mengambil makanan yang tersedia.
Orang Tua Suparno : “ini ayam bakar, ada
bacem tempe,
yang
ini
jangan
(sambil menunjuk sayuran).” Asep yang
mengambil semua yang ditunjukkan menjadi berhenti, sambil duduk kembali mengatakan teu sawios-wios. Orang tua Suparno mengerutkan dahi, lalu berkata “ kok, wis. Orang tak jadi ngambil”.
Terjadi kesalahpahaman antara orangtua Suparno dan
Asep. Jangan dalam bahasa Jawa artinya
Sayuran,
sementara Asep menganggap
Jangan
berarti tidak boleh. Asep mengatakan teu sawios-wios, artinya tidak
apa-apa. Orang tau
Suparno mendengar Wis,
yang artinya sudah.
Komunikasi antara Asep dan orang tua Suparno terdistorsi karena diperoleh arti kata yang berbeda dari penggunaan kata
dalam bahasa yang berbeda, pelafalan kata yang hampir berdekatan serta tidak mengenal kata yang digunakan. Kata jangan
memiliki dua arti dan wios terdengar menjadi wis
sehingga juga memiliki arti yang berbeda. Asep tidak mengenal kata jangan dalam konteks bahasa Jawa karena bukan orang dari Jawa tengah.
Orang tua Suparno tidak mengenal kata wios sehingga mencari kata yang terdekat dan ada dalam bahasa Jawa menjadi wis.
Komunikasi yang terdistorsi merupakan salah satu sumber konflik, karena cara dan isi informasi membuat orang
bertentangan satu sama lain dan dapat menimbulkan
permasalahan
relasi
sosial yang lain. Memperhatikan
adab dalam berkomunikasi atau
melakukan komunikasi yang
bertanggung jawab merupakan salah satu upaya untuk mengurangi distorsi komunikasi.
2.3
Konsep Dasar Komunikasi
2.3.1
Pengertian
Komunikasi
Dari kamus besar bahasa Indonesia, komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dan
informasi, baik verbal maupun nonverbal dari seseorang kepada orang lain,
sehingga terjadi saling pengertian mengenai suatu pesan atau informasi yang
diiringi dengan perubahan sikap dan tingkah laku komunikan. Pada
umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan
seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.
Komunikasi merupakan suatu hubungan kontak antara manusia baik
individu maupun berkelompok. Komunikasi merupakan bagian dari hidup manusia itu
sendiri, dari sejak lahirpun kita sebenarnya sudah berkomunikasi, meskipun
tidak secara obrolan melainkan dengan gerak dan tangis yang pertama pada saat
dilahirkan, itu sudah termasuk dalam tanda komunikasi. Untuk menjalin rasa
kemanusiaan yang akrab, diperlukan saling pengertian antar sesama anggota
masyarakat. Komunikasi memainkan peranan penting dalam hal ini, dan suatu
komunikasi tersebut harus dapat saling dimengerti oleh kedua belah pihak.
2.3.2
Komponen
Komunikasi
Komponen
/ Unsur dasar komunikasi yaitu :
1) Pengirim Pesan (Komunikator)
Pengirim pesan atau komunikator adalah
individu, keluarga ataupun kelompok yang mau berkomunikasi
dengan orang lain. Dalam proses komunikasi, pengirim berita atau komunikator menggunakan
gagasan yg diwujudkan dalam lambang yang berbentuk kata-kata yang kemudian
disampaikan dengan menggunakan media yg berbentuk ucapan, gerak tangan, telepon
atau media komunikasi lainnya.
2) Pesan
Pesan
adalah informasi yang akan dikirim kepada si penerima. Pesan ini dapat berupa
verbal maupun nonverbal. Verbal merupakan pesan yang menggunakan kata-kata
seperti percakapan, surat, majalah dan sebagainya. Pesan nonverbal merupakan
pesan yang berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi wajah dan nada suara.
3) Media / Alat Komunikasi
Media
/ Alat komunikasi adalah suatu media atau alat yang digunakan oleh si pengirim
pesan untuk menyampaikan pesan kepada si penerima. media ini dapat berupa buku,
radio, film, televisi dan yang paling pokok adalah gelombang suara dan cahaya.
4) Penerima pesan (Komunikan)
Penerima pesan atau komunikan adalah
individu atau orang lain yang diajak berkomunikasi, yang merupakan sasaran
dalam kegiatan komunikasi atau orang yang menganalisis dan menginterpretasikan isi
pesan yang diterimanya dari komunikator.
2.3.3
Proses
Komunikasi
Model proses komunikasi dikembangkan
oleh Harold D Lasswell yang disebut model Lasswell. Model tersebut lebih
dikenal dengan model SMRCE, yaitu :
S = Source (sumber)
M = Message (pesan)
R = Receiver (penerima pesan)
C = Chanel (saluran yang digunakan)
E = Effect ( pengaruh yang
ditimbulkan )
2.3.4
Faktor
Yang Mempengaruhi Komunikasi
·
Perkembangan
: pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa maupun cara berpikir. Contoh
: bahasa anak remaja berbeda dengan usia balita
·
Persepsi
: pandangan pribadi seseorang terhadap suatau kejadian/ peristiwa.
·
Nilai
: standar yang mempengaruhi prilaku. Contoh : klien memandang abortus merupakan
perbuatan yang tidak dosa, sedangkan bidan memandang abortus itu dosa.
·
Latar
belakang social budaya
·
Emosi
: perasaan subjektif terhadap sesuatu kejadian. Contoh : sedih, marah dan
senang.
·
Jenis
kelamin
·
Pengetahuan
·
Peran
dan hubungan. Contoh : cara komunikasi bidan dengan koleganya akan berbeda pada
klien demikian juga orang tua dengan anak.
2.4
Memahami dimana dan bagaimana terjadinya miss
komunikasi serta cara untuk menghindarinya
Miss Komunikasi adalah suatu proses
adanya kesalahpahaman antara kedua belah pihak dalam mencerna proses komunikasi, banyak hal yang dapat menyebabkan
terjadinya Miss Komunikasi, yakni dapat disebabkan dari faktor rangkaian unsur
proses komunikasi, seperti penyampaian pesan yang buruk dari komunikator
(pengirim pesan), adanya gangguan dari media / alat komunikasi yang digunakan, ataupun tidak lengkapnya
pesan komunikasi itu disampaikan. Adanya gangguan pada unsur Channel
(Media) merupakan faktor yang sering terjadi pada saat ini yang menyebabkan
tidak adanya Feedback (Umpan Balik) pesan yang disampaikan, atau bahkan Feedback
yang timbul tidak sesuai dengan tujuan pesan yang disampaikan di awal.
Ketika Feedback yang diterima berbeda dengan tujuan awal pesan
disampaikan, maka akan terjadi kesalahpahaman atau salah koordinasi antara “si
penyampai pesan” dengan “si penerima pesan”.
Solusi / Cara untuk menghindari adanya miss komunikasi antara
lain :
1) Memastikan media
yang digunakan untuk menyampaikan pesan sesuai dan berfungsi dengan baik.
2) Hendaknya komunikator (pengirim
pesan) menggunakan susunan bahasa / kata yang jelas arti dan maksudnya.
3) Pertimbangkan nada bicara kita jika
sedang berkomunikasi dengan seseorang, jika nada bicara kita terlalu keras,
sang pendengar dapat menangkap maksud lain dari apa yang kita bicarakan
tersebut.
4) Melakukan
konfirmasi apabila pesan sudah diterima oleh “si penerima pesan”, dan bila
perlu menjelaskan ulang secara lebih detil sebelum “si penerima pesan” bertanya
kembali atau tidak paham.
Langganan:
Postingan (Atom)