BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Tauhid
Tauhid (Arab :توحيد) dilihat dari segi Etimologis yaitu
berarti ”Keesaan Allah”, mentauhidkan berarti mengakui keesaan Allah;
mengesakan Allah atau mengiktikadkan bahwa Allah SWT itu Esa, tidak ada sekutu
bagi-Nya.
Tauhid diambil
kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang artinya mengesakan. Satu suku
kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang berarti esa. Dalam
ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid
ialah kalimat La Illaha Illallah yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah. Sebagaimana yang difirmankan Allah
SWT sendiri didalam surat Al-baqarah:163 yang artinya :
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada
Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Adapun
pengertian tauhid menurut para ulama ternama:
1.
DR.
Abdul Aziz, tauhid adalah mempercayai bahwa Allah SWT adalah satu-satunya
pencipta, pemelihara, penguasa, dan pengatur Alam Semesta
2.
Prof.
Dr. M. Yusuf Musa, tauhid adalah keyakinan tentang adanya Allah Yang Maha Esa,
yang tidak ada satu pun yang menyamai-Nya dalam Zat, Sifat atau
perbuatan-perbuatan-Nya
3. Shalih Fauzan bin Abdullah al Fauzan,
tauhid adalah mengesakan Allah SWT dari semua makhluk-Nya dengan penuh
penghayatan, dan keikhlasan beribadah kepada-Nya, meninggalkan peribadatan selain
kepada-Nya, serta membenarkan nama-nama-Nya yang Mulia (asma’ul husna), dan
sifat-sifat-Nya yang Maha Sempurna, dan menafikan sifat kurang dan cela
dari-Nya
Tauhid bukan sekedar mengenal dan
mengerti bahwa pencipta alam semesta ini Allah, bukan sekedar mengetahui
bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud (keberadaan) Nya, dan wahdaniyah
(keesaan) Nya, dan bukan pula sekedar mengenal Asma’ dan sifat-Nya. Namun,
tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya yaitu, menghambakan diri hanya
kepada Allah secara murni dan
konsekwen dengan mentaati
segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan penuh rasa rendah diri,
cinta, harap dan
takut
kepada-Nya.
Untuk
inilah sebenarnya manusia diciptakan Allah, dan sesungguhnya misi para Rasul
adalah untuk menegakkan tauhid
dalam pengertian di atas, mulai dari Rasul pertama sampai Rasul terakhir Nabi
Muhammad SAW.
2.2 Pembagian Tauhid
1.
Tauhid Rububiyah
Yang
dimaksud dengan tauhid rububiyah (keesaan zat Allah) adalah bahwa Allah Esa
dalam Zat-Nya. Allah adalah wujud yang tidak bergantung pada apa dan siapa pun
dalam bentuk apapun. Dalam bahasa Al-Qur’an, Allah adalah Ghani (absolute).
Segala sesuatu bergantung pada-Nya dan membutuhkan pertolongan-Nya. Allah tidak
membutuhkan segala sesuatu. Allah berfirman:
Hai manusia, kamulah yang
mebutuhkan Allah. Dan Allah, Dialah Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan apa pun)
lagi Maha Terpuji. (QS. Fathir: 15)
Maksudnya adalah kita meyakini keesaan Alloh dalam
perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Alloh, seperti mencipta dan
mengatur seluruh alam semesta beserta isinya, memberi rezeki, memberikan
manfaat, menolak mudharat dan lainnya yang merupakan kekhususan bagi Alloh.
Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid
Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang beragama Islam karena
sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi Rosululloh mengakui
dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Alloh,
“Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki
langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab:
‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah:
‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia
melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu
mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka dari
jalan manakah kamu ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89).
2.
Tauhid
Uluhiyah
Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah adalah mengiktikadkan
bahwa hanya Allah saja yang berhak dipuja dan dipuji. Memuja dan memuji selain
Allah serta sikap ingin dipuji maupun dipuja, baik yang terang-terangan maupun
yang sembunyi-sembunyi (dalam hati) adalah perbuatan syirik. Sebagaimana firman
Allah dalam suratnya,
“Hanya
kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami mohon
pertolongan”. (Al-Fatihah, 1:5)
“Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah membimbing Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu
dengan sabda beliau: “Dan apabila kamu minta maka mintalah kepada Allah dan
apabila kamu minta tolong maka minta tolonglah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
“Dan sembahlah
Allah dan jangan kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (QS. An Nisa:
36)
“Hai sekalian manusia
sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum
kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al Baqarah: 21)
saya sangat berterimakasih dgn adax makalh ini,dgn adanya makalah ini tugas kuliah saya mudah di kerjakan.
BalasHapussya mengucapkn terimaksih kpd pemilik makalah ini,,krn telah membantu tgs sy,,
BalasHapusya samasama, semoga bermanfaat ya ^^
BalasHapustrimakasih...
BalasHapusbukti-bukti tauhidnya dong kaaaa
BalasHapus